twitterfacebookgoogle plusinstagramrss feedemail

Senin, 14 September 2015

Chung Ju Yung "Seorang Anak Buruh Tani Yang Hanya Lulusan SD"

Kombinasi Antara Sikap, Kerja Keras, Dan Jiwa Pantang Menyerah...

 Chung Ju Yung adalah salah seorang anak laki – laki tertua dari sebuah keluarga, ayahnya merupakan seorang buruh tani yang berpenghasilan masih terbilang minim bahkan acapkali kurang, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga luar biasa yang turut berjuang dalam mengatur perekonomian keluarga yang dihuni oleh beberapa orang. Walau hidup pas – pasan dan apa adanya, kedua orang tua chung menanamkan sikap dan pribadi yang baik kepada chung dan saudara – saudaranya. Chung termasuk beruntung, ia disekolahkan oleh ayahnya disebuah sekolah terpencil dari sebuah desa pedalaman daerah korea yang terbilang jauh dari rumahnya.

Saat ini Chung telah kelas 4 sd, ibu dan ayahnya sayang sekali padanya. Walaupun berat dalam ekonomi orang tua chung tetap bersabar dan tidak pernah mengeluh serta berkomentar pada chung dalam hal urusan sekolanya. Sampai akhirnya chung naik kelas 5 SD barurah saat itu sang ibu angkat bicara. “ nak sekarang kamu sudah besar, sudah kelas 5 SD. Mulai sekarang kalau kamu mau sarapan pagi kamu mesti antarkan dulu sarapan untuk ayah, kasihan ayahmu berangkat kesawah sejak subuh belum sarapan, setealah ayah sarapan kamu ikut sarapan bareng ayah setelah itu langsung berangkat sekolah, kamu jangan jadi anak egois, jangan sampai ayahmu kelaparan sementara kamu sarapan duluan dan belajar asik disekolah, ibu mau dirumah urus adik – adikmu dulu. Kamu harus ikhlas ya nak…” “ ya buu” jawab chung

Mulai hari itu chung dengan penuh semangat membawa rantang berisikan sarapan untuk ayahnya, walaupun jarak dari rumah kesawah sekitar 8KM namun dengan semangat itulah chung yang notabene seorang anak kecil KELAS 5 SD kuat menjalani hari – harinya dengan penuh perjuangan untuk mendapatkan sebuah sarapan pagi.

Setahun berlalu, kini barulah sang ayah angkat bicara “ nak, kini kamu telah kelas 6 SD itu artinya satu tahun lagi kamu lulus. Nak, ayah mohon maaf tidak bisa melanjutkan sekolah kamu karena ayah hanya seorang buruh tani, disisi lain yanh mesti adil, sekarang giliran adikmu yang sekolah. Jadi setelah lulus sekolah nanti kamu bantu ayah ya untuk bekerja disawah.” Mendengar ayahnya bicara chung seperti mendapat tamparan keras, dengan berat hati chung mesti menerima keputusan sang ayah untuk bekerja setelah lulus.

Pada akhirnya chung lulus SD dengan predikat terbaik disekolahnya, chung pun mendapatkan ijazahnya, ia mulai berfikir untuk apa sekolahnya kalau hanya jadi seorang buruh tani, sayang sekolahnya serta pengorbanan orangtuanya kalau ia mesti mengikuti jejak sang ajah. Dengan berani ia mengutarakan maksudnya pada sang ayah dan memutuskan untuk pergi ke kota seoul  dengan membawa ongkos berangkat saja, cukup pakaian,perbekalan dan selembar ijazah. Sementara itu Ayahnya hanya bisa mengangguk dan memberi senyum sambil meneteskan air matanya melepas kepergian chung. “hati – hati nak semoga doa restu ayah mengantarkanmu mencapai kesuksesan dikota”.
Chung pun pergi kekota tersebut dengan kereta api. Sesampainya disana ia berjalan mengikuti langkahnya yang masih belum pasti. Sampailah ia disuatu tempat yang penuh dengan bahan material dan bangunan serta alat – alat berat. Ia tertegun dan berkata dalam hati “disinilah saya akan mulai bekerja” tiba – tiba seorang mandor berteriak “ hai nak !!! hati – hati jangan main disana, bahaya” “oh ia pak maaf, boleh saya tanya pak, mau dibangun apa disini???” sang mandor menjawab dengan bangganya “ disini akan dibangun sebuah universitas terbesar di korea ” chung tersenyum lalu berkata “ pak, apakah saya boleh melamar kerja disini “ sang mandor kaget “hah??? Apa??? Nak, kamu ini masih kecil, masih harus sekolah dulu, sekolah saja sana sampai besar baru deh kamu kesini lagi untuk melamar pekerjaan..” chung pun menunduk sambil menahan isak sambil berkata dan menjelaskan kondisinya saat ini. “ maaf pak,saya hanya anak dari seorang buruh tani, adik saya banyak, saya hanya disekolahkan sampai SD saja, ayah saya tidak mampu membiayai sekolah saya, jadi saya terpaksa datang dari jauh kesini untuk mencari kerja, untuk membatu prekonomian keluarga, saya gak mau adik – adik saya putus sekolah seperti saya kelak saya hanya punya ijazah ini sebagai modal saya bekerja.” Sambil menunjukan ijazah Sdnya pa sang mandor. Sang mandor yang mendengar cerita chung kecil itupun terketuk hatinya, sambil berfikir sejenak, akhirnya chung diberi pekerjaan. “nak lihat, disana banyak kertas bekas bungkus semen berceceran, mulai besok kamu bekerja disini, datang ya pagi – pagi, rapihkan kertas semen tersebut, ikat setiap 10 kertas menjadi 1 ikatan lalu dikumpulkan, begitu seterusnya” “terimakasih pak” jawab chung “sekarang kamu mau pulang kemana” tanya sang mandor. “ entahlah pak saya tidak ada tujuan,dikota ini saya tidak punya saudara” tukas chung “baiklah tuk semntara kamu tinggal disini saja bareng sama mereka para pekerja proyek” trimakasih pak entah dengan apa saya bisa membalas kebaikan bapak” cukup dengan rajin bekerja dan sikap baik, mudah mudah kamu betah disini, mari saya antarkan menuju mess…”

Sejak saat itu chung mulai bekerja, ia menunjukkan sikap dan teladannya sebagai seorang pekerja dengan datang paling pagi dan pulang paling akhir. Sikap yang bagus dimiliki chung disenangi sang mandor dan teman – teman sesama pekerjanya yang notabene usianya jauh lebih tua dari chung. Chung menganggap mereka sebagai pengganti ayahnya, begitupun sebaliknya chung dianggap sebagai anak layaknya anak kandung oleh mandor dan teman – temannya sesama pekerja.

Bulan demi bulan, tahun demi tahun berlalu sudah. 10 tahun sudah, akhirnya universitas tersebutpun selesai dibangun. Chung sedih karena dengan begini ia kehilangan pekerjaan dan tidak bisa mengirim uang lagi kekampung untuk ayah ibu, serta adik – adiknya. Pekerjaan selesai, ada pertemuan ada jua perpisahan, para pekerja serta mandorpun saling berpamitan pada chung. Chung yang sudah mulai dewasa tetap tegar menghadapinya, dalam hati ia berkata “ini bukanlah akhir dari segalanya”. Sang mandor hanya membekali chung dengan sebuah sertifikat rekomendasi (semacam paklaring) yang berisi tentang sikap chung yang bagus, yang tidak pernah absen dalam bekerja, rajin serta ulet dan tekun. Chung pamitan dan beranjak pergi dari tempat awal ia mencari nafkah 10 tahun lalu.

Berbekal ijazah SD dan paklaring tersebut chung melanjutkan perjalanan hidupnya.  Hari demi hari chung melamar pekerjaan tak kunjung dapat, Sampai akhirnya pada suatu ketika ia melihat sebuah bengkel mobil dan berusaha melamar dengan kesungguhan hatinya. Dengan bangga chung menemui bos bengkel untuk melamar pekerjaan dan menunjukan ijazah serta paklaringnya. “hah, kamu Cuma lulusan SD???” kata sang bos, “ iya pak” jawab chung singkat “tunggu dulu, disini tertulis sikap kamu bagus, tidak pernah bolos, selalu tepat waktu,jujur dan disiplin…” “ ok kamu saya terima bekerja disini,mulai besok kamu bisa mulai bekerja dan belajar disini” bicara sang bos bengkel kepada chung. Chung sangat senang mendengarnya, mulai besok ia tidak lagi jadi pengangguran, ia bisa mengirimkan uang lagi kepada orangtuanya dikampung, dan adik – adiknya tidak akan putus sekolah.

Alhasil setelah beberapa buan chung bekerja disana bengkel tersebut menjadi ramai luar biasa, terbukti dari beberapa antrian kendaraan yang memadati bengkel tersebut untuk menservice kendaraannya pad chung. Bos bengkel pun senang terhadap chung karena sikapnya bengkelnya maju.

Chung mulai menabung sedikit demi sedikit, ia memiliki cita – cita mempunyai bengkel seperti tempat kerjanya sekarang, ia banyak belajar manajemen bengkel disana. Ia pun mencatat semua alat – alat yang dipakai bengkel tersebut sebgai bahan rekomendasi ia untuk memulai usahanya kelak. Sebab ia berfikir jika selamanya bekerja maka yang akan untung banyak adalah sang bos, sementara penghasilan ia sebagai pekerja hanya setara dan sejajar dengan pekerja lainnya. Dalam arti kata penhasilan chung tidak akan pernah berkembang, akhirnya chung memutuskan ingin menjadi pengusaha bukan pekerja lagi.
Uang chung sudah mulai terkumpul dan akhirnya chung bisa membeli beberapa peralatan bengkel dan menyewa tempat usaha seluas 2x3 meter. Bengkel chung pun mulai dibuka. Berkat sikap chung yang telah ditanamkan orangtuanya sejak ia kecil, bengkel chung mulai ramai, sampai – sampai ia kewalahan mengahadapi banyaknya pelanggan. Chung berniat membesarkan bengkelnya, namun tidak ada modal.

Chung bingung dan pada akhirnya ia menemukan ide gila, kenapa dibilang gila??? Karena memang benar – benar gila. Chung berusaha mengirim surat kepada presiden amerika pada saat itu. surat yang berisi mengenai permintaan dana dan bantuan modal usaha untuk bengkelnya. Surat pun terkirim ke gednug putih amerika, seorang ajudan presiden yang menerima surat tersebut tertawa membacanya, ia berfikir surat tersebut merupakan tindakan tidak waras dari seorang anak lulusan SD. Akhirnya surat dari chung pun dirobek – robek dan dibuang ke tong sampah. Sementara disis lain chung menunggu balasan surat tersebut. Ditunggu - tunggu hingga setahun lebih tidak kunjung datang balasa surat itu chung tidak menyerah, akhirnya ia mencoba mengirim kembali surat yang sama,namun tetap tiada hasil sampai 3x ia mengirim tetap tidak ada balasan. Bukan chung jhu yhung namanya kalau menyerah, kali ini ia mencoba mengirim surt yang sama ke italia. Gayungpun bersambut, seorang ajudan yang menerima surat dari chung menyampaikannya pada presiden itali. Presiden itali tersebut benar – benar bangga dan kagum pada chung, ia salut atas keberanian chung yang hanya lulusan SD mengirim surat untuk presiden. Berita tersebut tersebar keseantero itali dan menjadi perbincangan masyarakat sana. Akhirnya sang presiden  mengirim ajudan tersebu ke korea untuk menemui chung.

Sesampainya dikorea dan bertemu chung sang ajudan kaget dan tertawa terpingkal melihat kondisi bengkel chung yang hanya berukuran 2x3 meter yang pada saat itu sempat membuat geger seantero itali. Namun mengingat titah sang presiden sang ajudan tersebut menawarkan bantuan modal untuk chung. Chung menerima dengan gembira, namun chung hanya meminta bantuan untuk melengkapi alat – alat dibengkelnya.

 Pada akhirnya bengkel milik chung perlahan tumbuh membesar. Dan pelanggannya semakin membludak, chung tidak bisa menolak kesuksesannya. Bisnisnya berkembang pesat, setelahnya chung tidak berhenti begitu saja, malahan ia mulai membangun pos – pos uangnya, salah satunya pos uang yang dibangunnya adalah sebuah pabrik mobil pertama dikorea. Berkat sikap dan kerja keras serta sifatnya yang pantang menyerah chung menjadi salah satu orang yang berhasil didunia… kini kita bisa mengenal dan mengenang chung lewat mobil - mobil buatannya.. sulit dibayangkan seorang anak yang notabene hanya lulusan SD dari sebuah keluarga buruh tani  yang tidak mampu, bisa memiliki sebuah pabrik mobil yang mendunia… HYUNDAI adalah buktinya… lalu bagaimana dengan kita?????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar